Kitab Nehemia


Nehemia termasuk dalam kelompok orang-orang Yahudi yang menjadi tawanan di Babel yang dibesarkan di Persia setelah Koresy memberikan kebebasan kepada mereka. Nehemia telah mendapat kedudukan yang terhormat sebagai pengangkat anggur bagi raja Artahsasta, raja Kerajaan Persia. Ini merupakan jabatan kepercayaan dan tanggung jawab yang besar. Tidak banyak orang dalam kerajaan itu yang memiliki hubungan yang sangat akrab dengan raja seperti seorang yang menjabat sebagai pengangkat anggur bagi raja (I Raja-Raja 10:5; II Tawarikh 9:4).
Nehemia menerima laporan mengenai kemelaratan jasmani dan rohani yang melanda Yerusalem dan hatinya menjadi sedih mendengar keadaan itu. Karena itu Ezra duduk menangis dan berkabung selama beberapa hari dan Ia berpuasa dan berdoa kepada hadirat Allah (Nehemia 1:4). Doa-doa Nehemia itu
mengakibatkan raja Persia memberikan izin kepadanya untuk berangkat dan sekali gus mengangkatnya sebagai gubernur Yehuda, serta mengaruniakan kepadanya kekuasaan untuk membangun kembali tembok kota itu (Nehemia 2:5-7; 5:14).
Nehemia memahami akan Firman Allah dan secara rohani ia telah siap untuk memulihkan kembali penyembahan kepada Allah di Yeruselem. Kedudukannya yang terhormat, kesenangan pribadi dan jaminan materi baginya tidak sepenting seperti kasihnya kepada Allah yang benar dan keprihatinannya terhadap keadaan umat yang berada di Yerusalem.
Ketika Nehemia tiba di Yerusalem, ia melayani bersama-sama dengan Ezra dalam menghadapi berbagai tantangan serta hambatan yang datang dari para musuh di sekliling mereka yang berusaha mematahkan semangat mereka.
Memulihkan tembok yang telah hancur, yang sebelumnya berfungsi melindungi Yerusalem dari gerombolan perampok mejadi perhatiannya yang terutama. Orang-orang Israel telah tinggal di tengah-tengah puing reruntuhan sejak Nebukadnezar menghancurkan Yerusalem kira-kira 140 tahun sebelumnya (II Raja-Raja 25:8-11). Orang-orang Yahudi yang tersisa tidak bisa merasakan ketenangan karena mereka tidak dilindungi oleh tembok yang berfungsi menghambat serangan musuh-musuh. Ancaman serangan musuh itu datang dari bangsa-bangsa di sekitar mereka yang mudah sekali menyusup masuk untuk menjarah hasil pertanian atau harta benda mereka.
Bahkan beberapa dari pemuka-pemuka di Yerusalem pun tidak mau bekerja sama dengan Nehemia (Nehemia 2:19; 3:5; 4:1-12). Dalam menghadapi berbagai bahaya yang mengancam itu (Nehemia 4:12-23; 6:2-4,10-13), Nehemia tetap mengandalkan doa dan iman kepada Allah dalam memimpin orang banyak untuk menyelesaikan pembangunan tembok yang berhasil dikerjakan dalam waktu yang singkat yang mencakup kira-kira 52 hari saja (Nehemia 6:15).
Setelah tembok itu selesai dikerjakan, seluruh rakyat meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa .......membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu ....... lalu orang-orang Lewi mengajarkan Taurat itu kepada orang-orang itu (Nehemia 8:1,3,8). Keesokan harinya para pemuka masyarakat kembali datang kepada Ezra untuk meminta penjelasan mengenai kalimat-kalimat Taurat itu (Nehemia 8:14). Kegiatan-kegiatan ini diakhiri dengan peringatan Hari Raya Pondok Daun di mana pada hari itu diadakan doa, pengakuan, puasa dan pemulihan ikatan perjanjian dengan Tuhan Allah mereka (Nehemia 10:29).
Setelah tembok Yerusalem itu ditahbiskan oleh Ezra dan Nehemia (Nehemia 12:27-43), Nehemia terus menjabat sebagai gubernur Yehuda yang berkedudukan di Yerusalem selama kira-kira 12 tahun dan kemudian ia kembali mengadakan kunjungan singkat ke pengadilan Persia (Nehemia 5:14). Selama kepergian Nehemia dari Yerusaelm, Firman Allah kembali dilalaikan yang mengakibatkan merajalelanya korupsi dan perbuatan jahat (Nehemia 13:6). Namun, ketika Nehemia kembali, ia sekali lagi dengan gigih dan penuh semangat mengajak bangsa itu untuk bertobat dari dosa-dosa mereka dan membaharui kembali hubungan perjanjian mereka dengan Allah, serta memulihkan penyembahan yang benar kepada Tuhan (Nehemia 13:7-31).
Nehemia dan Ezra kedua-duanya sangat giat dalam memberitakan Firman Allah kepada orang banyak, dan membimbing mereka agar dapat menerapkannya ke dalam kehidupan mereka (Nehemia 8:8,13,18; 13:1-30). Ketaatan hamba-hamba Allah ini harus mengilhami kita agar kita pun terbeban untuk menolong orang-orang Kristen yang lain dalam memahami Firman Allah, yang merupakan satu-satunya sumber pimpinan dan jawaban kepada doa-doa kita dan berkat-berkat Allah.

2 komentar:

  1. kiranya aku bisa meneladani Nabi Nehemia dalam kehidupanku sebagai pengikut Kristus.

    BalasHapus
  2. terimakasih artikelnya sangat memeberkati

    BalasHapus